Matahari
sangat terik siang ini. Sepertinya tidak ada angin yang bertiup saat ini. Tetapi
Nora, Kira, Luki, dan Hery yang masih mengenakan seragam SD mereka, tampak
tidak perduli dengan panas yang menyengat kulit itu .Mereka dengan asyik nya
terus bermain. Kira terlihat sedang menutup matanya sambil berhitung. Sedangkan
teman-temannya yang lain segera berlarian mencari tempat bersembunyi. Setelah
Kira selesai berhitung ia segera berlari ke tempat- tempat yang mungkin
dijadikan tempat bersembunyi oleh teman-temannya. Ia mendengar suara gemerisik
rumput didekat pohon jambu. Dengan mengendap-endap, Kira mulai mendekati pohon
jambu yang berada di belakangnya itu. Dan … ya ! Ia menemukan Luki yang sedang nyengir kuda
ketika ketahuan tempat persembunyiaannya.
Kira ditemani
Luki pun melanjutkan mencari teman-teman
mereka yang lain. Mereka mengitari taman komplek rumah dengan teliti. Siapa tahu salah satu dari
Nora dan Hery bersembunyi di taman. Tetapi, tak terlihat seorang pun dari mereka
yang bersembunyi disana. Kira dan Luki pun mulai mencari ke rumah-rumah kosong
yang tidak ada penghuninya. Biasanya salah satu dari mereka sering bersembunyi
di rumah-rumah kosong itu. Baru saja mereka mencari ke sebuah rumah kosong yang
paling dekat dengan taman, terdengar suara gemerisik dihalaman belakang yang
tak terurus . Mereka dengan cepat berlari kebelakang rumah . Terlihat Nora
duduk disudut halaman belakang sambil menggaruk-garuk tangan dan kakinya yang
gatal karena digigiti nyamuk. Dengan muka masam, Nora yang tempat
persembunyiannya ketahuan itu ikut mencari Hery bersama Kira dan Luki.
Hari sudah
semakin terik. Jam menunjukkan pukul 2 siang. Sudah setengah jam Kira, Luki,
dan Nora berputar-putar mengelilingi komplek mencari Hery. Mereka sudah amat
lelah. Terlebih mereka belum sempat makan siang tadi . Tetapi mereka penasaran
dimana kiranya Hery bersembunyi sehingga sangat sulit ditemukan. Mereka
akhirnya mencari kekebun pak’de Edo yang terkenal galak. Dengan berjinjit-jinjit
mereka masuk kedalam kebun . Kebun pak’de Edo ternyata sangat luas . Hampir
seluas taman komplek. Mereka pun berpencar mencari Hery di kebun itu . Tak
berapa lama kemudian Nora berlari kearah Kira dan Luki. Ia menarik Kira dan
Luki menuju sebuah pohon Mangga yang sangat besar . Di salah satu dahan besar
di pohon itu, Hery terlihat terkantuk-kantuk dan hampir tertidur menunggu
teman-teman yang mencarinya . Kalau saja Nora tidak menemukannya, Ia mungkin
sudah tertidur dan baru bangun saat adzan Asar.
Hery dengan hati-hati turun dari
pohon. Tetapi sayang, ia terpeleset dan jatuh dari pohon. Pak’de Edo yang sedang
bersantai-santai dengan kursi goyangnya di teras depan rumah pun terkejut
mendengar suara seperti benda besar yang jatuh. Ia mengira buah nangka di kebunnya telah matang dan jatuh ke tanah. Ia
pun segera menuju ke kebunnya. Alangkah terkejutnya ia ketika mendapati empat
orang anak yang masih mengenakan seragam sekolah sedang berada di kebunnya.
Kebunnya kini berantakan karena Hery yang jatuh dari pohon. Pot-pot bunga yang
tersusun rapi sebagian ada yang rusak karna tertimpa dan sebagian ada yang
terguling dan tanah didalam pot itu berserakan kemana-mana. Pak’de Edo sangat
marah dan menjewer telinga keempat anak itu. Ia mengantarkan keempat anak itu
pulang ke rumahnya masing-masing dan memarahi orang tua mereka karna membiarkan
mereka bermain sampai kekebunnya.
Kira, Nora,
Luki , dan Hery dimarahi habis-habisan karena bermain sampai merusak kebun
pak’de Edo. Terlebih lagi, mereka bermain dari saat pulang sekolah tepat pukul
12 siang sampai hampir adzan Asar tanpa sempat makan siang dan berganti baju.
Kasihan Luki. Ia dihukum tidak boleh bermain petak umpet lagi selama seminggu.
Tetapi, Kira,Nora, dan Hery tidak kapok bermain petak umpet. Setelah kejadian
dikebun pak’de Edo itu, mereka tetap saja bermain petak umpet namun tidak
sepulang sekolah tetapi setiap sore sehabis adzan asar dan hanya di taman
komplek saja.
Pada suatu
hari yang cukup berangin, seperti biasa Kira, Nora, dan Hery bermain petak umpet di taman komplek. Nora
yang dapat giliran jaga. Ia pun mulai berhitung. Kira dan Hery berencana
bersembunyi di tempat yang sama. Tak sengaja mereka melihat sebuah mobil pick-up yang terparkir dibelakang taman
disamping pohon yang rimbun . Pikir mereka, tak mungkin Nora dapat menemukan
mereka karna mobil pick-up itu
tersembunyi daun-daun pohon . Dan pasti sangat menyenangkan dapat bersembunyi
diatas mobil pick-up saat cuaca
sedang berangin seperti saat ini. Mereka pun segera bergantian naik keatas mobil
pick-up dan duduk sambil bersembunyi memeluk
lutut .
Dugaan mereka
benar. Jam sudah menunjukkan pukul lima kurang lima belas menit. Tetapi, Nora
belum bisa menemukan tempat persembunyian mereka. Mereka pun sangat senang
karna sampai saat ini tak berhasil ditemukan. Karena terlalu lama menunggu,
mereka pun tertidur di atas mobil pick-up itu. Mereka tidak tahu, Nora sudah
lama menyerah mencari mereka dan lebih memilih pulang kerumahnya.
Mereka tidur
dengan nyenyak ditemani angin yang bertiup pelan . Mereka tak menyangka bahwa
saat itu telah pukul 6 sore, dan adzan maghrib sedang berkumandang. Tetapi
mereka tak kunjung bangun saking nyamannya tidur diselingi angin sepoi-sepoi.
Dan mereka juga tidak tahu bahwa mereka tertidur diatas mobil pick-up yang sedang berjalan.
Pukul 7 malam,
Kira dan hery terbangun karna mobil pick-up
sedang berjalan ditanah bebatuan dan mengguncang mobil beserta tubuh mereka
yang ada diatas mobil pick-up itu.
Betapa terkejutnya mereka. Mereka kini entah berada dimana diatas mobil pick-up yang berjalan . Mereka sangat
ketakutan. Mereka hendak memanggil si pengemudi mobil tetapi takut dimarahi.
Akhirnya mereka pasrah dan diam menunggu sambil berdoa semoga mobil pick-up yang membawa mereka ini akan
kembali ke komplek perumahan mereka.
Tepat saat
adzan isya’ berkumandang, mobil pick-up itu kembali ke komplek. Dengan
mengendap-endap Kira dan Hery segera turun dari mobil pick-up itu. Mereka dengan cepat berlarian kerumah masing-masing.
Dirumah, semua
orang menghawatirkan mereka. Dari orang
tua sampai para tetangga yang tadi sempat ikut membantu mencari mereka. Tak
ayal lagi sesampai dirumah mereka ditanyai macam-macam dan dimarahi
habis-habisan. Malam itu sungguh meneganggkan bagi Kira dan Hery. Mereka kapok
main petak umpet lagi. Begitupun Luki dan Nora yang sudah duluan kapok bermain
petak umpet sewaktu Kira dan Hery menghilang. Mereka menyesal telah mengabaikan
nasihat orang tua mereka. Mulai saat ini mereka berjanji tidak akan main petak
umpet lagi dan akan menuruti nasihat orang tua mereka.
J J J